Rabu, 09 Desember 2015

๐Ÿ“— KISAH 'UKASYAH BERSAMA RASULULLAH MENJELANG WAFATNYA ADALAH PALSU.

❓ PERTANYAAN :

Apakah kisah sahabat 'Ukasyah dibawah ini dimana ia  meminta untuk mengqishash Nabi shalallahu 'alaihi wasallam shahih ?

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah sahalallahu alaihi wasallam  sebelum meninggal.
Rasulullah shalalahu 'alaihi wasallam  telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam  meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.

Kemudian Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai sahabat-sahabat ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala itu adalah satu-satunya Tuhan yang layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah."

Kemudian Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam  bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam  bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia."

Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah".

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba2 bangun seorang lelaki yang bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sebelum masuk Islam, dia berkata:

"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."

Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.

Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pada Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah, bukankah Baginda sedang sakit..!?"

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah"

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".

Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:

"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah" .

Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.

Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dengan menyakiti kakek kami, wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata:

"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:

"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya,

Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu.

Seumur hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.

Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."

Rasulullah dengan senyum berkata:
"Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam.

Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja kita menangis.

Semoga tetesan air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT...

📌 JAWABAN :

[1] Kisah diatas adalah  terdapat didalam hadits yang panjang dengan redaksi yang berbeda akan tetapi terdapat kisah 'Ukasyah tersebut yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 3/58, lalu darinya diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul Aulia, 4/74, melalui jalurnya juga diriwyatkan oleh Ibnu Jauzi dalam kitabnya Al-Maudhu’at, 1/295.

Al-Haitsami berkata setelah menyampaikan hadits ini (8/605), “Diriwayatkan oleh Thabrani, di dalam (sanad)nya terdapat Abdulmunim bin Idris, dia dikenal sebagai pendusta dan pemalsu hadits.”

Ibnu Al-Jauzi berkata dalam kitab Almaudhuat (1/301), “Ini adalah hadits maudhu (palsu) dan teranulir, semoga Allah membalas dan menistakan orang yang memalsukannya dan merendahkan syariat dengan mencampuradukkan masalah ini serta pembicaraan yang tidak pantas bagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan juga terhadap sahabatnya.

Sang tertuduh pendusta dalam sanad hadits ini adalah Abdulmunim bin Idris, berkata Ahmad tentangnya, ‘Dia pernah berdusta terhadap Wahab.’ Yahya berkata, ‘Pendusta busuk.’ Ibnu Madini dan Abu Daud berkata, ‘Tidak tsiqah.’ Ibnu Hibban berkata, ‘Tidak halal berdalil dengannya.’ Daruquthni berkata, ‘Dia dan bapaknya diabaikan.’

Demikian pula disebutkan dalam kitab Almaudhu’at oleh As-Suyuthi dalam Alla’aali’ Almudhu’ah (1/257) dan Ibnu Iraq dalam Tanzih Asy-Syariah (1/330) serta oleh Asy-Syaukani dalam kitab Alfawaid Almajmuah, hal. 324..

[2] Kisah permintaan Ukasyah untuk diqishash dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, terdapat riwayat yang menyerupainya dari jalur yang shahih, akan tetapi dalam riwayat yang shahih tersebut, bahwa yang meminta qishash adalah Usaid bin Hudhair radhiallahu anhu, dan tidak ada kaitannya dengan menjelang wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Usaid bin Hudhair ia berkata :

بَيْنَمَا هُوَ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ وَكَانَ فِيهِ مِزَاحٌ بَيْنَا يُضْحِكُهُمْ فَطَعَنَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَاصِرَتِهِ بِعُودٍ فَقَالَ: أَصْبِرْنِي فَقَالَ: «اصْطَبِرْ» قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ قَمِيصًا وَلَيْسَ عَلَيَّ قَمِيصٌ، «فَرَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَمِيصِهِ، فَاحْتَضَنَهُ وَجَعَلَ يُقَبِّلُ كَشْحَهُ»، قَالَ إِنَّمَا أَرَدْتُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ

Seorang lelaki dari kalangan Anshar mengatakan bahwa ketika ia sedang berbincang  dengan sekumpulan orang -kemudian terdapat sesuatu yang lucu- yang membuat mereka tertawa, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menusukkan kayu pada lambungnya, lalu ia berkata, Apakah aku membalas mu ? Beliau menjawab : “balaslah”. Ia berkata, "Sesungguhnya engkau memakai baju, sedang aku tidak memakai baju. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengangkat bajunya, lalu ia (Usaid) memeluk beliau dan mencium badannya seraya berkata, "Sesungguhnya hanya ini yang aku inginkan wahai Rasulullah.

(HR Abu Dawud : 5224, Al-Baihaqi, Al-Kubro 7/102, At-Thabrani Al-Kabir 1/205, Al-Hakim Al-Mustadrak : 3/327, Dishahihkan syaikh Al-Albani di kitab shahih sunan Abu Dawud)  Wallahu a’lam.

✒  Abu Ghozie As-Sundawie

11 komentar:

  1. Sy juga pernah mendengar kisah ini dan pernah juga trbaca ini adalah kisah palsu.. amatlah sdih, kisah ini sudah trsebar luas di whatsapp, Fb dsb.

    BalasHapus
  2. Sy juga pernah mendengar kisah ini dan pernah juga trbaca ini adalah kisah palsu.. amatlah sdih, kisah ini sudah trsebar luas di whatsapp, Fb dsb.

    BalasHapus
  3. Sedih karena saya baru tau sekarang :(

    BalasHapus
  4. Saya juga sedih kenapa kisah ini palsu. Sedangkan kisah ini membuat saya sangat rindu hingga menangis ingin cepat cepat bertemu dan berkomunikasi dengan Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW

    BalasHapus
  5. Dalam kisah tersebut, kita sebetulnya tidak perlu mempermasalahkan nya.
    Karna, kisah tersebut hanya sebagai contoh kebajikan bagi umat Rasululloh SAW.
    Agar kita semua memiliki hati yg tidak sedikitpun menyimpan rasa dendam dan selalu bersabar karna Allah.

    Bukan kah rasul mengajatkan kita semua agar kita selalu berbuat kebajikan karna NYA.
    Dgn demikian, maka jangan lah kita mempermasalahkan suatu kisah, pendapat, dsb.

    Terimakasih.
    Mohon maaf kiranya jika kata demi kata saya ada yg tidak berkenan dan berlawanan dgn pendapat saudara-saudarku semua.
    Kepada Allah saya mohon ampun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh utk sebarkan kebaikan malah dituntut.Tetapi memberitakan sesuatu perkara yg bukan daripada Rasullulah adalah haram syurga bagi nya.

      Hapus
    2. Nabi SAW bersabda:


      ู…َู†ْ ูƒَุฐَุจَ ุนَู„َูŠَّ ูَู„ْูŠَุชَุจَูˆَّุฃْ ู…َู‚ْุนَุฏَู‡ُ ู…ِู†َ ุงู„ู†َّุงุฑِ

      Maksudnya: “Barangsiapa yang berdusta di atas namaku, maka siaplah tempatnya di dalam neraka.”

      [Riwayat al-Bukhari (107)]

      Hapus
  6. https://anamuslim.org/kisah-yang-shahih-bukan-ukasyah-tapi-usaid-bin-hudhair/

    Berkata kpd kami ‘Amru bin ‘Aun, mengabarkan kami Khalid, dari Hushain, dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari USAID BIN HUDHAIR, dia seorang laki-laki dari Anshar: “Ketika dia (Usaid bin Hudhair) sedang berbicara dengan kaumnya dan di dalamnya ada canda yang membuat mereka tertawa, maka Nabi ๏ทบ memukul pinggangnya dengan sebatang kayu. Maka dia (USAID) berkata, ‘Beri saya kesempatan untuk qishash (membalas setimpal).” Beliau bersabda, “Silakan membalas.” Dia berkata, “Engkau memakai baju, sedangkan saya (ketika engkau pukul) tidak memakai baju.” Maka Rasulullah ๏ทบ mengangkat bajunya. Maka dia (Usaid bin Khudair) langsung memeluknya dan mencium pinggangnya. Lalu dia berkata, ‘Inilah yang aku inginkan wahai Rasulullah.”

    Hadits ini dikelurkan oleh:

    �� Imam Abu Daud, Sunan Abi Daud, Kitabul Adab, Bab fi Qublatil Jasad No. 5224

    �� Imam Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No. 556

    �� Imam Al Baihaqi, Syu’abul Iman, Bab Maa Ja’a fi Qublatil Jasad No. 13586

    �� Imam Al Baghawi, Syarhus Sunnah Bab Al Qishahsh fil Athraf, 10/169

    �� Imam Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, 3/288

    Tinjauan Sanad:

    ▶ ‘Amru bin ‘Aun.

    Beliau adalah seorang Al hafizh dan Imam. Para ulama mengambil hadits darinya, seperti Bukhari, Abu Daud, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Ali Al Baghawi, Ad Darimi, dan banyak lainnya. Para ulama menyatakan beliau adalah TSIQAH, seperti Abu Hatim, Abu Zur’ah, Al ‘Ijli, (Siyar A’lamin Nubala, 8/377)

    ▶ Khalid, yaitu Khalid bin Abdullah Al Wasithiy

    Beliau adalah TSIQAH, sebagaimana dikatakan Abu Zur’ah, Abu Hatim, Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Sa’ad, dan lainnya. (Tahdzibut Tahdzib, 3/100).

    ▶ Hushain, yaitu Hushain bin Abdurrahman As Salamiy

    BalasHapus
  7. ..............
    Terjadi perselisihan para imam tentang beliau. Disebutkan bahwa beliau salah satu imam. Imam Ahmad mengatakan: TSIQAH (terpercaya) dan amanah. Al ‘Ijli mengatakan: tsiqah dan kokoh. Ibnu Abi Hatim bertanya kepada Abu Zur’ah: “dia tsiqah.” Apakah dia hujjah? Abu Zur;ah menjawab: “Ya , Demi Allah!”

    Namun, An Nasa’i mengatakan: hafalannya berubah. Abu Hatim berkata: “Tsiqah, tapi hapalannya buruk di akhir hayatnya.” Yazid bin Harun mengatakan: “yakhtalith (hapalannya kacau).” Ali mengatakan: “lam yaktalith (tidak kacau).” (Mizanul I’tidal, 1/552)

    ▶ Abdurrahman bin Abi Laila

    Beliau Tsiqah, orang Kufah, dan dipakai oleh penyusun enam kitab hadits (Kutubus Sittah). Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr dalam Syarh Sunan Abi Daud.

    ▶ Usaid bin Hudhair, seorang sahabat nabi senior, ikut dalam Bai’at ‘Aqabah, ikut pula perang Badar, dan semua sahabat nabi adalah tsiqah dan ‘adil menurut aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

    Jadi, semua perawi hadits ini tsiqah, tetapi sanadnya terputus (inqitha’), yaitu pada “Abdurrahman bin Abi Laila dari Usaid bin Hudhair.” Benarkah Abdurrahman bin Abi Laila mendengarkan hadits ini dari Usaid bin Hudhair?

    ��Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa Abdurrahman bin Abi Laila tidak pernah mendengarkan hadits dari Usaid bin Hudhair. (Tahdzib At Tahdzib, 6/260)

    ❗Imam Abu Abdillah Dhiya’uddin Al Maqdisi memasukan hadits ini dalam kategori “isnaduhu munqathi’ (sanadnya terputus)”. Beliau berkata: “Aku tidak tahu, benarkah Abdurrahman bin Abi Laila mendengarkan hadits ini dari Usaid bin Hudhair ataukah tidak?” (Al Ahadits Al Mukhtarah No. 1471)

    Dan, kita tahu bahwa hadits yang sanadnya inqitha’ adalah dhaif.

    ��Namun, hadits ini memiliki SYAHID (penguat) yang diriwayatkan oleh Imam Al Hakim, dengan sanad: “… dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari AYAHNYA, dari Usaid bin Hudhair.” Dan Imam Al Hakim mengatakan: hadits ini SHAHIH, dan Imam Adz Dzahabi dalam At Talkhish-nya menyepakati penshahihan Imam Al Hakim. (Lihat Al Mustadrak, 3/327)


    Jadi, riwayat ini menunjukkan bahwa hadits ini maushul (bersambung sanadnya), bukan terputus antara Abdurrahman bin Abi Laila dari Usaid bin Hudair ….Tapi dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari AYAHNYA yakni Abi Laila dari Usaid bin Hudhair …

    �� Oleh karenanya, akhirnya para muhaddits menilai bahwa hadits ini SHAHIH semisal Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Isnadnya shahih sesuai syarat Syaikhain/Al Bukhari dan Muslim.” (Lihat Ta’liq Musnad Ahmad, 17/329. Cat kaki hadits No. 11229)

    Juga Syaikh Al Albani (Lihat Misykah No. 4675, Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 2554).

    ✏ Farid Nu’man Hasan

    BalasHapus
  8. Orang- orang yang baru belajar tidak paham tingkatan hadist.. Yang namanya hadist maudhu bukan hadist munkar atau palsu.. Hadist maudhu itu hadist yang lemah dhoif dari segi periwayatannya
    Tapi bukan munkar atau palsu.. Semua ijtihad ulama ahlussunah.. Dari Imam syafi'i. Imam maliki.. Hambali dan hanafi mereka membolehkan mengambil fadhilah dari hadist dhoif.. Dalam keutamaan amal.. Namun untuk mengambil hukum hadist dhoif tidak dijadikan sandaran.. Ibarat anak kita ada yang kuat hafalan.. Ada yg lemah hafalannya.. Tapi mereka tetap saja anak kita.. Bukan anak palsu.. Demikian pula tingkatan hadist hati-hati dalam berfatwa.. Hadist dhoif itu tetap hadist nabi walaupun jalur periwayatnya lemah.. Tapi bukan munkar atau hadist palsu

    BalasHapus
    Balasan
    1. maudhu itu bahasa arab, artinya palsu, hadits palsu = Munkar, tidak dapat dijadikan dalil untuk Mu'amalah terlebih ibadah,,

      Hapus